LUVI HERBAL - Mereka yang mudah
pingsan kerap dianggap lemah jantung. Apalagi jantungnya sering
berdebar-debar. Padahal memakai baju dan kerah ketat pun bisa berdampak
buruk.
Pernahkah saat Anda berdiri mengikuti upacara di lapangan atau
sedang menghadiri resepsi resmi, mendadak terasa jantung berdebar-debar,
degupnya jantung kencang, disusul kepala serasa ringan serta badan
lemas, keringat dingin, pandangan berkunang-kunang dan akhirnya gelap
lalu jatuh pingsan?
Penyebab kejadian seperti itu bisa saja karena jantung kita kurang
beres, tapi bisa juga karena faktor luar. Apalagi kalau kita tidak
mempunyai riwayat kelainan jantung ataupun faktor risiko penyakit
jantung dan usia relatif masih muda.
Sebagian besar kasus pingsan yang bukan karena kelainan jantung
(sinkop non-kardik) menurut para ahli, lebih disebabkan karena terkena
hipersensitivitas vagus. Vagus adalah saraf otak kesepuluh yang
mensarafi organ bagian dalam tubuh dan sangat berpengaruh terhadap
frekuensi detak jantung.
Salah satu pencerminan hipersensitivitas vagus dikenal sebagai
sinkop vasovagal (berkaitan dengan pembuluh darah dan nervus vagus) dan
vasodepresif. Ini terjadi karena timbulnya ketidakseimbangan refleks
saraf otonom dalam bereaksi terhadap posisi berdiri yang berkepanjangan.
Berawal dari kecenderungan terkumpulnya sebagian darah dalam pembuluh
vena bawah akibat gravitasi bumi, hal ini menyebabkan jumlah darah yang
kembali ke jantung berkurang sehingga curah ke jantung serta tekanan
darah sistoliknya menurun. Guna mengatasi penurunan tersebut, otomatis
timbul refleks kompensasi normal, berupa bertambahnya frekuensi dan
kekuatan kontraksi jantung, dengan tujuan mengembalikan curah ke jantung
ke tingkat semula.
Pada seseorang yang hipersensitif, bertambahnya kekuatan kontraksi
ini justru mengaktifkan reseptor mekanik yang ada pada dinding bilik
jantung kiri sehingga timbul refleks yang dinamakan refleks
Bezold-Jarisch (sesuai nama penemunya). Efeknya, frekuensi detak jantung
berbalik menjadi lambat, pembuluh darah tepi melebar, dan kemudian
terjadi tekanan darah rendah (hipotensi) sehingga aliran darah ke
susunan saraf terganggu. Di sinilah sinkop terjadi.
Namun untuk menentukan diagnosis, pada umumnya dokter menganjurkan
pemeriksaan tilt test, di mana hasil tes dapat digunakan sebagai acuan
pemeriksaan lebih lanjut bila diperlukan.
Mencegah pingsan
Untuk mencegah agar jangan sampai pingsan, sewaktu gejalanya terasa
masih ringan misalnya baru terasa berdebar-debar, coba sedikit
gerak-gerakkan tungkai atau kaki, sambil sekali-kali batuk kecil.
Adakalanya cara tersebut dapat dibantu lagi dengan mengalihkan perhatian
kita sesaat. Misalnya kalau sedang berada dalam suatu upacara
perhatikanlah peserta lain di depan kita satu per satu, mengingat-ingat
kejadian menyenangkan yang pernah kita alami, menggumamkan lagu
kesayangan atau lagu mars pembangkit semangat Anda.
Kalau dengan cara tersebut gejala tidak juga berkurang, tetapi
malah mulai mengeluarkan keringat dingin ditambah kepala terasa
melayang, apa boleh buat! Lebih baik Anda langsung jongkok, duduk, atau
mundur mencari tempat berbaring agar tungkai dapat dinaikkan lebih
tinggi dari kepala. Biasanya dalam waktu singkat akan terasa lebih
nyaman dan pulih kembali. Apalagi kalau ditambah dengan minuman segar.
Sebaliknya, kalau kita harus menolong orang yang pingsan, menurut
Panduan Kesehatan Keluarga, 1996 (Yayasan Essentia Medica) sebaiknya
lakukan tip praktis berikut ini. Baringkan penderita di tempat tidur
dengan kepala dimiringkan. Hati-hatilah agar posisi kepala jangan
ditinggikan. Bila penderita berada di kursi, dorong kepala ke bawah
serendah mungkin di antara kedua lutut. Longgarkan pakaian yang ketat
agar aliran darahnya tak terganggu. Bila perlu, teteskan air dingin di
kening atau leher untuk mempercepat pulihnya kesadaran. Jangan
memberikan apa pun lewat mulut apabila penderita belum sadar. Panggil
dokter terdekat atau ambulans bila tidak kunjung sadar.
Karena kerah baju ketat
Hipersensitivitas vagus dapat juga berupa sinkop sinus karotis,
yakni jatuh pingsan bukan dicetuskan oleh sikap berdiri yang lama tetapi
saat menoleh mendadak. Ini bisa terjadi bila penderita mengenakan baju
berkerah tinggi terlalu ketat, sehingga gerakan kepala menyebabkan
penekanan pada sinus karotis yang terletak pada leher samping agak ke
depan. Hal ini bisa mengakibatkan detak jantung melambat dan menimbulkan
sinkop.
Jika dilakukan pemeriksaan elektro-fisiologi (pemeriksaan aktivitas
listrik jantung) pada penderita, umumnya terlihat fungsi listrik
jantung bekerja dalam batas normal. Hanya saja adanya manipulasi ringan
berupa penekanan leher di daerah sinus karotis tadi tampak berupa garis
datar pada layar monitor. Artinya, terjadi gangguan aktivitas atau
hantaran listrik saat dilakukan manipulasi tadi.
Untuk mencegah jangan sampai mengalami hal tersebut, hindari
penggunaan kerah baju yang terlalu ketat dan jangan memijat daerah leher
atau hal lain lagi yang menyebabkan tekanan pada sinus karotis.
Penampilan lain lagi yang langka dari hipersensitivitas vagus
adalah paroxysmal sinus arrest. Di sini sumber listrik utama jantung
adakalanya mengalami penghentian (pause) selama 6 - 23 detik tanpa
adanya faktor pencetus yang jelas. Kejadian ini bisa saat tidur maupun
saat aktif, siang atau malam, dengan akibat hampir pingsan atau pingsan
(presinkop atau sinkop). Di sini hasil pemeriksaan dengan
elektrofisiologi terhadap sumber listrik jantung pun menunjukkan normal,
tapi pada umumnya pengobatan diarahkan pada penggunaan alat pacu
jantung permanen yang ditanamkan di bawah kulit dada penderita.
Untuk mencegah terjadinya sinkop yang bukan karena kelainan jantung
tadi, antara lain dengan berolahraga seperti joging, bersepeda,
berenang, atau melakukan olahraga dinamis yang menguatkan otot tungkai.
Kalau sinkop jelas disebabkan oleh kelainan jantung tentu Anda
diajurkan berkonsultasi dengan dokter jantung agar dilakukan pemeriksaan
lebih saksama dan pengobatan yang lebih tepat. (dr. Hary Utomo
Muhammad, DSJP, Jakarta)
sumber: intisari
0 komentar:
Posting Komentar