//]]>

Jumat, 19 Oktober 2012

RESIKO BAHAYA MELAKUKAN ABORSI


LUVI HERBAL - Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseorang melakukan aborsi ia “tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang”.

Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama mereka  yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang sudah terjadi.

Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi  dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd yaitu:
  • Kematian mendadak karena pendarahan hebat.
  • Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
  • Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.
  • Rahim yang sobek (Uterine Perforation).
  • Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya.
  • Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita).
  • Kanker indung telur (Ovarian Cancer).
  • Kanker leher rahim (Cervical Cancer).
  • Kanker hati (Liver Cancer).
  • Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
  • Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi (Ectopic Pregnancy).
  • Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
  • Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis).

Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.

Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome” (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-Abortion Review (1994).

Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
  • Kehilangan harga diri (82%).
  • Berteriak-teriak histeris (51%).
  • Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%).
  • Ingin melakukan bunuh diri (28%).
  • Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang (41%).
  • Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual (59%).

Meningkatkan Resiko Kanker Payudara

Tindakan aborsi memang memiliki banyak risiko. Salah satunya,  meningkatkan risiko kanker payudara tiga kali lipat. Hal itu menurut tim peneliti dari University of Colombo di Sri Lanka.

Faktor lain yang juga memengaruhi meningkatnya risiko kanker payudara adalah menopause dan merokok. Penelitian yang dipublikasi dalam  Journal Cancer Epidemiology ini merupakan penelitian terbaru yang menunjukkan hubungan antara aborsi dan kanker payudara.

Penelitian ini merupakan pengujian epidemologi keempat yang melaporkan hubungan penelitian ini di China, Turki dan Amerika Serikat. Hasil kesimpulan penelitian pun tidak jauh berbeda.

Tetapi, penelitian ini masih harus disempurnakan. Karena, menurut peneliti di Inggris ada kemungkinan sampel yang rusak secara statistik. "Ini penelitian kecil yang hanya melibatkan 300 orang. Jadi, secara statistik ada kemungkinan sampel rusak. Penelitian yang lebih besar, pada ribuan wanita menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan," kata Dr Kat Arney, Manajer Informasi dari Cancer Research UK, seperti dikutip dari Daily Mail. grave harm.’

Meskipun begitu, menurut tim peneliti dari "Royal College of Obstetricians and Gynaecologists", telah mengakui kemungkinan ada hubungan antara kanker payudara dan aborsi. Tetapi, sebagian besar profesional medis di Inggris tetap tidak yakin.

Di balik pertentangan tersebut kalangan medis menyarankan bagi wanita yang melakukan aborsi, sebaiknya memang harus memiliki alasan kuat. Lalu, pastikan tindakan aborsi dilakukan oleh kalangan media yang kompeten. Hal ini untuk menghindari efek negatif jangka panjang.

Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.

# dari berbagai sumber


Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar